Asal Usul Sukun dan Tasydid
Dalam pembahasan ilmu diakritik al-Quran atau biasa disebut ilmu Dhabt, banyak yang tertarik dari mana asal usul sebuah tanda baca. Bahwa tanda baca yang ditemukan dalam mushaf merupakan kontribusi para Ulama. Salah satunya adalah tanda sukun dan tasydid.
Artikel ini menjelaskan asal usul tanda sukun dan tasydid beserta letak atau posisinya yang diambil dari kitab al-Muyassar fi Ilm Rasm al-Mushaf wa Dhabtih dan kitab Samir at-Thalibin fi Rasm wa Dhabt al-Kitab al-Mubin.
Perhatian! Mohon maaf di sini tidak ditampilkan contoh-contoh tanda yang sedang dibahas dalam bentuk ayat-ayat karena setting sukun di situs ini masih berbentuk bulatan atau lingkaran sehingga tidak bisa membedakan bentuk sukun yang beragam.
Asal Usul dan Letak Tanda Sukun
Para Ulama Dhabt berbeda pendapat terkait tanda sukun baik dari segi asalnya, bentuknya, dan penggunaannya. Ada yang berpendapat bahwa sukun adalah lingkaran atau bulat yang diletakkan di atas huruf sukun yang terpisah darinya.
Ada juga yang mengatakan bahwa sukun diambil dari angka nol yang terdapat dalam ilmu matematika. Tanda nol itu digunakan sebagai tanda kekosongan. Namun ada juga yang mengatakan sukun terambil dari huruf ha yang berbentuk seperti kendi atau salak.
Dari segi bentuk, banyak yang mengatakan sukun terbentuk dari kepala huruf ha (حـ) dan inilah yang disampaikan oleh Ahmad al-Khalil. Namun bentuk demikian juga berbeda pendapat menjadi tiga macam.
Pertama, itu merupakan kepala huruf kha yang terambil dari kata khafif artinya ringan karena huruf yang sukun itu lebih ringan daripada huruf yang berharakat. Ini merupakan pendapat Ahmad al-Khalil. Kedua, itu merupakan kepala huruf ha yang terambil dari istarih.
Dinamakan istarih yang artinya istirahat karena sukun itu istirahat dari beratnya pengucapan huruf berharakat. Ketiga, itu merupakan kepala huruf jim yang terambil dari kata jazm yang merupakan pendapat ulama Andalus.
Selain itu, pemberian atau penggunaan tanda sukun dalam mushaf juga berbeda-beda. Ada yang meletakkannya pada bacaan idzhar saja, sedangkan bacaan lain seperti idgham, ikhfa, dan lain-lain tidak diberi tanda sukun.
Ada juga yang memberikan tanda sukun semuanya tanpa melihat apakah itu bacaan idzhar, idgham, mad, dan lain-lain sehingga tanda sukun diletakkan pada semuanya. Misalnya yang terdapat dalam Mushaf Indonesia.
Ada juga yang memberikan semua tanda sukun tetapi membedakan antara sukun mad dan bukan mad misalnya sukun mad bentuknya berbeda dengan sukun biasa. Ada juga yang memberikan semua tanda sukun tetapi tidak untuk sukun mad.
Asal Usul dan Letak Tanda Tasydid
Sebagian besar berpendapat bahwa bentuk tanda tasydid diambil dari huruf syin (ش) yang tanpa ekor, tanpa titik, dan diletakkan di atas huruf. Ini diibaratkan terambil dari kata syadid artinya berat sebagaimana orang Arab membacanya.
Tanda tasydid berbentuk syin ini diletakkan di atas huruf walaupun huruf tersebut juga berharakat fathah, dhammah, maupun kasrah. Bentuk tasydid ini yang digunakan oleh Ahmad al-Khalil dan sebagian ulama yang lain.
Namun ada juga yang berpendapat bahwa tanda tasydid berbentuk huruf dal (د). Jika huruf itu berharakat fathah, maka tanda tasydid dal berada di atas huruf. Jika kasrah, di bawah huruf. Jika dhammah, maka di depan huruf.
Ada juga yang mengkombinasikan antara tasydid dal dan huruf. Bentuk tasydid ini disampaikan dan diikuti oleh mazhab Ahlu Madinah dan diikuti oleh Andalus. Tetapi, bentuk tasydid pertama (syin) lebih populer di bagian timur termasuk Indonesia.
Berikut contoh tasydid berbentuk syin dalam surah Ali Imran ayat 14
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوٰتِ مِنَ النِّسَاۤءِ وَالْبَنِيْنَ وَالْقَنَاطِيْرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْاَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۗوَاللّٰهُ عِنْدَهٗ حُسْنُ الْمَاٰبِ
Demikian artikel berjudul "Asal Usul Sukun dan Tasydid". Untuk membaca artikel lain seputar Dhabt atau tanda baca, silakan KLIK DI SINI. Anda juga dapat memberikan usulan atau saran judul artikel berikutnya dengan cara tulis di komentar.