7 Maret 2024

Ringkasan Kitab al-Wadih fi Ahkam at-Tajwid (Bag-2)

Salah satu kitab tajwid yang bisa dijadikan tambahan bacaan adalah kitab berjudul al-Wadih fi Ahkam at-Tajwid. Kitab tajwid ini terdiri dari sekitar 190-an halaman dan berbahasa arab. Kitab ini disusun oleh Muhammad 'Isham dan diterbitkan di Urdun atau dikenal dengan nama Yordania.


Sesuai namanya yaitu al-Wadih, penulis kitab ini bertujuan untuk mengumpulkan dan memaparkan persoalan-persoalan tajwid dengan jelas dan mudah. Hal ini disampaikan dalam prakata penulis. Selain itu, dilatarbelakangi oleh tugas penulis kitab yang mengisi materi tajwid dalam perkuliahan mahasiswa di Yordania.

Artikel ini merupakan lanjutan dari ringkasan pertama yang dapat Anda cari dengan cara KLIK DI SINI. Kitab ini memiliki sembilan pembahasan utama yang menguraikan alur hukum-hukum tajwid serta contoh-contoh dan diakhiri dengan soal-soal di akhir pembahasannya.

..........lanjutan pembahasan ke-04..........

Tafkhim dan Tarqiq

Huruf-huruf arab dari segi tafkhim dan tarqiq terbagi menjadi 3 kelompok yaitu huruf yang selalu dibaca tafkhim yang terdapat dalam huruf isti'la, huruf yang kadang dibaca tafkhim atau tarqiq yang terdapat di 3 huruf, dan huruf yang selalu dibaca tarqiq dari sisa huruf yang ada.

Huruf yang selalu dibaca tafkhim sebagaimana disebut sebelumnya adalah huruf-huruf isti'la yang kemudian terbagi menjadi kelompok tafkhim kuat yaitu huruf shad, dhad, tha, dan dzad, dan kelompok tafkhim lemah yaitu qaf, ghain, dan kha.

Huruf yang kadang dibaca tafkhim atau tarqiq, di antaranya adalah huruf ro. Huruf ro dibaca tarqiq ketika memenuhi salah satu dari 5 kondisi yaitu ro kasrah, ro sukun waqaf didahului ya sukun, ro sukun sebelumnya kasrah, ro sukun sebelumnya sukun sebelumnya kasrah, dan ro imalah.

Adakalanya huruf ro juga selalu dibaca tafkhim jika memenuhi 6 kondisi. Terakhir, ada juga huruf ro yang bisa dibaca 2 macam, boleh dibaca tafkhim atau tarqiq, saat memenuhi 7 kondisi misalnya di kata qithr.

Huruf yang kadang dibaca tafkhim atau tarqiq selanjutnya adalah huruf lam. Huruf lam selalu dibaca tarqiq kecuali pada lam yang terdapat di lafadz jalalah. Selanjutnya adalah alif yang tafkhim dan tarqiqnya mengikuti huruf sebelumnya. Sebaliknya, tafkhim atau tarqiqnya ghunnah mengikuti huruf sesudahnya. 

Pembahasan Ke-5 : Waqaf dan Ibtida

Waqaf dan ibtida merupakan topik dasar ilmu tajwid yang keduanya harus diperhatikan oleh para pembaca al-Qur'an. Dengan mempelajari waqaf ibtida, pembaca bisa menjauhi kesalahan-kesalahan dalam membaca al-Qur'an sebagaimana maknanya juga menjadi jelas bagi para pendengar.

Pembahasan terkait waqaf terbagi ke dalam dua segi yaitu pertama, waqaf atau berhenti pada kata dalam al-Qur'an terbagi menjadi 4 yaitu waqaf ikhtiyari, waqaf idhthirari, waqaf intidzari, dan waqaf ikhtibari. Waqaf ikhtiyari terbagi menjadi dua yaitu waqaf jaiz dan waqaf ghair jaiz.

Kedua, tata cara waqaf yang baik terbagi menjadi tiga yaitu waqaf dengan sukun, waqaf dengan roum, dan waqaf dengan isymam. Dari ketiga tata cara tersebut dapat dipahami tidak boleh waqaf dengan harakat, sebagaimana tidak boleh memulai dengan sukun.

Ada beberapa hal yang penting diperhatikan terkait tata cara waqaf. Pertama, bahwasanya waqaf selalu diterapkan pada huruf terakhir suatu kata dalam al-Qur'an, sehingga tidak boleh waqaf di huruf sebelum huruf terakhir.

Kedua, tata cara waqaf menyesuaikan dengan rasm atau tulisannya. Jika ta ta'nis ditulis dengan ta marbuthah maka waqafnya dibaca ha. Namun jika ta ta'nis ditulis ta maftuhah maka waqafnya tetap dibaca ta. Ketiga, waqaf pada alifat sab'ah atau tujuh kata yang diakhiri alif.

Pembahasan Ke-8 : Takbir, Jumlah Surat, dan Tanbihat

Membaca Takbir

Membaca takbir antar surat merupakan sunnah yang telah disebutkan oleh para ulama. Sedangkan menurut hafsh dari jalur syathibi disebutkan bahwa saat mengakhiri surat dimulai dari surat ad-Dhuha hingga surat an-Nas ada dua cara yang dapat dilakukan.

Pertama, membaca takbir antara dua surat. Bisa dengan membaca takbir saja atau takbir ditambahkan dengan tahlil dan pujian. Kedua, meninggalkan membaca takbir. Dengan kata lain, tidak membaca apa-apa.

Kaidah Rasm

Ketika mushaf ditulis pada era khalifah usman, penulisannya dijaga dengan baik yaitu dengan kaidah-kaidah yang dapat memuat beragam riwayat bacaan al-Qur'an atau biasa disebut kaidah rasm. Setidaknya ada 5 kaidah rasm mushaf.

Pertama, kaidah ziyadah seperti menambah alif setelah wawu jama' atau menambahkannya setelah syin dan lain sebagainya. Kedua, kaidah hadzf yang biasanya banyak membuang huruf alif. Ketiga, kaidah hamzah.

Keempat, kaidah ibdal atau mengganti misalnya mengganti alif dengan wawu pada kata shalat atau mengganti alif menjadi ya misalnya huda. Dan kelima, kaidah fashl dan washl atau dalam bahasa indonesia disebut memutus atau menyambung kata.

Tanbihat (Hal yang perlu diperhatikan)

Ada 15 poin yang disampaikan penulis dalam sub pembahasan ini. Yang dimaksud dengan tanbihat adalah hal-hal khusus yang ada di riwayat hafsh yang berbeda dengan kaidah umum serta hal-hal yang perlu diperhatikan terkait bacaan al-Qur'an. Di antaranya kata yabsutu yang tertulis dengan huruf shad namun harus dibaca sin.

Selanjutnya cara membaca nun sukun dalam fawatihus suwar yang disambung dengan kata selanjutnya, maka harus dibaca jelas atau idzhar muthlaq sebagaimana diriwayatkan. Lalu, tidak dibolehkan secara bahasa untuk mempertemukan 2 sukun.

Demikian artikel singkat berjudul "Ringkasan Kitab al-Wadih fi Ahkam at-Tajwid (Bag-2)". Untuk ringkasan kitab lainnya, silakan KLIK DI SINI. Anda juga bisa meminta atau mengusulkan judul artikel berikutnya dengan tulis di komentar. Terima kasih.

Comments

KOMENTARMU ADALAH DOAMU!
-
-
NB : Admin tdk dpt balas komentar karna error. Silahkan chat via ikon FB Messenger di pojok kanan bawah atau email ke yatlunahuhaq[at]gmail[dot]com untuk fast respon
EmoticonEmoticon