Hamzah Washal Tajwid Lengkap
Salah satu pembahasan yang kadang terlewat dalam pembelajaran ilmu tajwid adalah hamzah washal. Hal ini dapat dilihat dari beberapa buku tajwid yang tidak mencantumkan bab hamzah washal, mengingat bab ini tidak begitu signifikan dan tidak mudah untuk pemula.
Situs ini membagi materi-materi tajwid ke dalam 4 level. Level 1-2 merupakan tajwid umum, sedangkan level 3 merupakan tajwid khusus atau gharib. Adapun level 4 merupakan tajwid lanjutan dan membutuhkan pemahaman mendasar level-level sebelumnya.
Bab hamzah washal dimasukkan ke tajwid level 4 karena pembahasannya cukup rumit dan berkaitan dengan kaidah kebahasaan (nahwu sharaf) sehingga bab ini terbagi menjadi beberapa sub bab, seperti cara mudah baca hamzah washal, pengecualian, dan lain-lain.
Artikel ini merupakan sub bab pertama dalam bab Hamzah Washal yang membahas tentang pengertian, macam-macam, posisi, dan cara membaca Hamzah washal yang tentunya dicarikan contoh-contohnya dalam al-Quran. Pembahasan ini menggunakan format kaidah nahwu.
Pengertian dan Fungsi Hamzah Washal
Arti secara bahasa dari hamzah washal dapat dijelaskan dengan singkat. Hamzah berarti hamzah, sedangkan washal berarti sambung. Secara singkat, hamzah washal adalah hamzah penyambung yang terletak di awal kata.
Selain itu, memahami apa itu hamzah washal dapat dipahami dari sudut pandang lain. Misalnya di antara kaidah yang telah disepakati adalah tidak boleh memulai membaca pada huruf yang sukun (tidak berharakat) dan tidak boleh berhenti pada huruf yang berharakat.
Dari kaidah ini dapat diambil pengertian bahwa memulai bacaan (ibtida) hanya boleh dilakukan pada huruf yang berharakat, dan berhenti hanya boleh pada huruf yang sukun atau yang serupa dengannya dalam hukum.
Jika hal ini sudah dipahami, maka ketahuilah bahwa di antara kata-kata dalam bahasa Arab ada yang dimulai dengan huruf yang berharakat, dan ini tidak menjadi masalah saat memulai bacaan, karena memulai dengan huruf berharakat itu memungkinkan.
Namun ada juga kata-kata yang dimulai dengan huruf yang sukun, dan memulai dengan huruf sukun tidak memungkinkan, bahkan mustahil. Oleh karena itu, dibutuhkan penambahan hamzah di awal kata tersebut, yaitu hamzah washal, agar dapat mengucapkan huruf sukun di awal kata tersebut.
Berdasarkan hal itu, maka pengertian hamzah washal adalah hamzah tambahan di awal kata yang ada saat memulai bacaan, dan gugur (tidak dibaca) saat bacaan disambung dengan kata sebelumnya. Misalnya kata al-hamd, undzur, istighfar, dan lain-lain.
Hamzah ini dinamakan hamzah washal karena dengannya lidah dapat sampai (tawaṣṣul) kepada pengucapan huruf sukun, sebagaimana telah dijelaskan. Oleh karena itu, al-Khalil bin Aḥmad menamakannya "salām al-lisān" (penyelamat lidah).
Dalam mushaf Madinah, untuk membedakan hamzah washal dengan hamzah lain maka diberi tanda huruf shad kecil di atas alifnya. Sedangkan di mushaf Indonesia tidak diberi tanda tambahan. Untuk contoh-contoh dalam artikel ini disajikan dalam bentuk Mushaf Madinah.
Letak dan Posisi Hamzah Washal
Hamzah washal bisa berada di kata benda (isim), kata kerja (fi'il), dan huruf. Setiap pembagian nantinya masih ada pembagian di dalamnya yang bercabang. Hal ini mengingat metode pemaparannya menggunakan cara dalam ilmu Nahwu. Hamzah washal selalu terletak di huruf pertama sebuah kata.
Pertama, fiil (kata kerja). Hamzah washal yang terdapat di fi'il hanya terdapat di fi'il madhi (kata kerja masa lampau) dan amar (kata kerja perintah). Lalu dalam fi'il madhi , hamzah washal ada di khumasi (5 huruf) dan sudasi (6 huruf).
Contoh hamzah washal dalam fi'il madhi khumasi yang terdapat di surah al-Anbiya ayat 97
وَٱقْتَرَبَ ٱلْوَعْدُ ٱلْحَقُّ فَإِذَا هِىَ شَٰخِصَةٌ أَبْصَٰرُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ يَٰوَيْلَنَا قَدْ كُنَّا فِى غَفْلَةٍ مِّنْ هَٰذَا بَلْ كُنَّا ظَٰلِمِينَ
Contoh hamzah washal dalam fi'il madhi sudasi yang terdapat di surah an-Nisa ayat 64
وَمَآ أَرْسَلْنَا مِن رَّسُولٍ إِلَّا لِيُطَاعَ بِإِذْنِ ٱللَّهِ ۚ وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذ ظَّلَمُوٓا۟ أَنفُسَهُمْ جَآءُوكَ فَٱسْتَغْفَرُوا۟ ٱللَّهَ وَٱسْتَغْفَرَ لَهُمُ ٱلرَّسُولُ لَوَجَدُوا۟ ٱللَّهَ تَوَّابًا رَّحِيمًا
Sedangkan untuk fi'il amr (kata kerja perintah), hamzah washal ada di tsulatsi (3 huruf), khumasi (5 huruf), dan sudasi (6 huruf). Untuk khumasi dan sudasi cukup pembahasan sebelumnya, sedangkan fiil amar tsulasi adakalanya saat dihitung jumlah hurufnya ada 3 huruf, ada juga yang 4 huruf.
Sejatinya, semua fiil tsulatsi ada 3 huruf tetapi saat menjadi fiil amar maka ada tambahan hamzah washal di huruf pertama sehingga total hurufnya menjadi 4 huruf. Namun, ada yang terhitung 3 huruf karena salah satu huruf tsulatsi-nya dibuang karena kaidah nahwu.
Contoh hamzah washal dalam fiil amr tsulatsi yang terhitung 3 huruf dalam al-Baqarah ayat 69
قَالُوا۟ ٱدْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّن لَّنَا مَا لَوْنُهَا ۚ قَالَ إِنَّهُۥ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ صَفْرَآءُ فَاقِعٌ لَّوْنُهَا تَسُرُّ ٱلنَّٰظِرِينَ
Contoh hamzah washal dalam fiil amr tsulatsi yang terhitung 4 huruf al-Baqarah ayat 60
وَإِذِ ٱسْتَسْقَىٰ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِۦ فَقُلْنَا ٱضْرِب بِّعَصَاكَ ٱلْحَجَرَ ۖ فَٱنفَجَرَتْ مِنْهُ ٱثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًا ۖ قَدْ عَلِمَ كُلُّ أُنَاسٍ مَّشْرَبَهُمْ ۖ كُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ مِن رِّزْقِ ٱللَّهِ وَلَا تَعْثَوْا۟ فِى ٱلْأَرْضِ مُفْسِدِينَ
Kedua, isim (kata benda). Hamzah washal yang terdapat dalam isim terbagi menjadi dua, yaitu isim qiyasi dan isim sima'i. Isim qiyasi adalah kata benda yang dapat diketahui melalui pola-pola tertentu. Untuk hamzah washal masuk dalam isim qiyasi yang terbentuk dalam masdar khumasi dan sudasi.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa hamzah washal selalu ada dalam kata khumasi (kata yang terdiri dari 5 huruf) dan sudasi (6 huruf) baik itu dalam bentuk isim (kata benda) maupun bentuk fi'il (kata kerja).
Sedangkan hamzah washal dalam isim sima'i terdapat dalam 10 kata tetapi dalam al-Quran hanya ada 7 kata. Isim sima'i adalah kata benda yang dapat diketahui hanya melalui pendengaran sehari-hari orang Arab. Misalnya ibn (putra), ibnat (putri), imru (seseorang), itsnain (dua lelaki), imraat (istri), ism (nama), dan itsnatain (dua wanita).
Contoh hamzah washal dalam isim sima'i yang terdapat di surah al-Baqarah ayat 114 (kata ism)
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّن مَّنَعَ مَسَٰجِدَ ٱللَّهِ أَن يُذْكَرَ فِيهَا ٱسْمُهُۥ وَسَعَىٰ فِى خَرَابِهَآ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ مَا كَانَ لَهُمْ أَن يَدْخُلُوهَآ إِلَّا خَآئِفِينَ ۚ لَهُمْ فِى ٱلدُّنْيَا خِزْىٌ وَلَهُمْ فِى ٱلْءَاخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ
Ketiga, huruf. Hamzah washal juga berada dalam huruf yaitu huruf al. Huruf al yang dimaksud adalah al ta'rif dalam ilmu tajwid. Karena al terdiri dari hamzah washal dan lam sukun. Misalnya dalam surat al-Fatihah ayat 2
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ
Terkait bagaimana cara mudah memahami dan membedakan hamzah washal terutama bagi pemula maka perlunya ada tanda khusus sehingga menggunakan mushaf madinah dalam kasus ini lebih unggul karena memberikan tanda khusus untuk hamzah washal.
Cara Membaca Hamzah Washal
Di antara macam-macam letak dan posisi hamzah washal yang dibahas sebelumnya, hamzah washal jika tidak dibaca sebagai pembuka atau awal (ibtida) maka ia tidak terbaca atau dianggap tidak ada. Cukup menyambungkan huruf sebelumnya dengan huruf sesudah hamzah washal.
Sedangkan jika ingin memulai dari kata yang ada hamzah washal, maka sebagai berikut:
1) Fiil : setiap hamzah washal yang terdapat dalam fiil madhi baik khumasi maupun sudasi, dibaca dengan harakat kasrah.
Untuk hamzah washal dalam fiil amr, jika terdapat dalam fiil amar khumasi dan sudasi maka dibaca dengan harakat kasrah. Sedangkan fiil amr tsulatsi, jika huruf ketiganya berharakat dhammah maka dibaca dhammah. Jika selain dhammah, maka kasrah.
2) Isim : setiap hamzah washal yang terdapat dalam isim qiyasi dan sima'i, dibaca dengan harakat kasrah.
3) Huruf : setiap hamzah washal yang terdapat dalam al, dibaca dengan harakat fathah
Untuk lebih mudah dalam membaca hamzah washal, telah kami rangkum dalam sebuah artikel khusus yang berjudul "Cara Mudah Baca Hamzah Washal dalam al-Quran" atau Anda bisa langsung KLIK DI SINI.
Hamzah Washal Dibuang
Biasanya, hamzah washal terlihat dan tertulis baik saat di awal maupun di tengah kalimat. Namun ada keadaan khusus yang menyebabkan hamzah washal tidak tertulis atau dibuang saat di tengah kalimat (disebut hadzf).
Hamzah washal yang dimaksud adalah hamzah washal yang terdapat dalam huruf atau al. Hamzah washalnya dibuang jika didahului dengan huruf lam jer atau lam taukid. Misalnya kata al-muttaqin dalam an-Naba ayat 31 yang didahului lam maka menjadi
إِنَّ لِلْمُتَّقِينَ مَفَازًا
Perhatikan ayat di atas, hamzah washal dalam al terbuang sedangkan lam sukunnya masih ada sehingga jika dikaitkan dengan hukum lam ta'rif maka di situ terdapat hukum idzhar qamari karena al ta'rif bertemu dengan huruf mim meskipun hamzah washalnya terbuang.
Demikian artikel berjudul "Hamzah Washal Tajwid Lengkap." Untuk membaca artikel terkait maupun tajwid level 4, silakan KLIK DI SINI. Anda juga dapat memberikan masukan atau saran judul artikel dengan menulis di komentar.