Mengenal Iltiqa Sakinain dalam Tajwid
Di antara bacaan gharib (asing atau langka) dalam ilmu tajwid adalah membaca kata bi'sa lismu yang terdapat dalam surah al-Hujurat. Bacaan ini sebenarnya bisa tidak dimasukkan dalam kategori gharib karena dalam bahasa Arab sudah dikenal istilah Iltiqa as-Sakinain.
Namun masyarakat Indonesia masih banyak yang kebingungan saat membaca bi'sa lismu sehingga dimasukkan dalam kategori gharib. Apa itu Iltiqa as-Sakinain? Bagaimana fungsinya dan di mana saja letaknya dalam al-Quran?
Anda ingin membaca artikel khusus yang membahas iltiqa as-Sakinain dalam surah al-Hujurat? Silakan Anda KLIK DI SINI.
Pengertian Iltiqa as-Sakinain
Secara bahasa, Iltiqa as-Sakinain terdiri dari dua kata yaitu Iltiqa artinya pertemuan dan as-Sakinain artinya dua sukun. Secara istilah, Iltiqa as-Sakinain adalah bertemunya dua huruf (harfan mutalaqqiyan) yang sama-sama sukun atau tidak berharakat.
Sebagaimana diketahui, dalam bahasa Arab tidak mungkin memulai membaca kata yang diawali dengan huruf mati atau sukun. Selain itu, dua huruf yang sama-sama sukun tidak boleh bertemu secara langsung berhadapan kecuali dalam keadaan waqaf.
Contoh kata yang diawali dengan huruf mati atau sukun (hamzah washal)
اقْرَأْ , اصْبِرُوْا , ارْكُضْ
Contoh kata yang mempertemukan sukun antara dua kata
مِنْ الْجَنَّةِ
Kaidah atau aturan semacam ini sudah umum dikenal dalam kajian bahasa Arab termasuk kaidah Nahwu sehingga untuk mengatasi agar tidak terjadi iltiqa as-Sakinain maka diberi harakat tambahan yang berfungsi membantu untuk membaca.
Cara Membaca Iltiqa as-Sakinain
Lalu bagaimana cara membaca dua sukun atau iltiqa as-Sakinain? Sebagaimana dikutip dari kitab al-Mufid fi Ilm at-Tajwid disebutkan bahwa cara membaca iltiqa as-Sakinain dapat diketahui melalui dua cara yaitu qiyasi (pola tertentu) dan sima'i (tidak ada pola).
Cara ini ditujukan kepada iltiqa as-Sakinain yang terjadi dalam dua kata. Setidaknya ada 5 (lima) cara membaca iltiqa as-Sakinain khusus dalam bentuk washal atau dua kata yaitu dengan mengganti sukun pertama dengan sesuatu tergantung aturan sebagai berikut:
Pertama, memberi harakat kasrah. Diberi harakat kasrah karena harakat kasrah merupakan asal harakat dan dianggap memudahkan pengucapan. Contohnya
أَمْ ارْتَابُوْا ← أَمِ ارْتَابُوْا
Kedua, memberi harakat dhammah pada mim jamak mudzakkar. Mim jamak mudzakkar adalah huruf mim yang merupakan kata ganti untuk banyak laki-laki seperti antum, kum, dan hum. Contohnya:
هُمْ الَّذِيْنَ ← هُمُ الَّذِيْنَ
Ketiga, memberi harakat yang sejenis dengan hurufnya misalnya dhammah pada wawu dan kasrah pada ya. Ini berlaku untuk wawu jamak pada kata kerja atau fi'il. Sedangkan Ya berlaku untuk ya tasniyah atau bermakna jumlah dua. Contohnya
اِشْتَرَوْا الْحَيَاةَ ← اِشْتَرَوُا الْحَيَاةَ
يَدَيْ اللهِ ← يَدَيِ اللهِ
Keempat, dibuang atau tidak dibaca jika sukun pertama merupakan huruf Mad. Contohnya :
مُلَاقُوا الله
Kelima, yang merupakan sima'i atau tidak ada pola, bisa diberi harakat fathah atau kasrah. Harakat kasrah untuk kata 'an dan harakat fathah untuk kata min. Contohnya
مِنْ الْجَنَّةِ ← مِنَ الْجَنَّةِ
Demikian artikel berjudul "Mengenal Iltiqa Sakinain dalam Tajwid". Anda dapat membaca artikel lain seputar tajwid dengan cara KLIK DI SINI. Anda juga bisa memberikan usulan judul artikel dengan menulisnya di komentar. Terima kasih.