Kaidah-Kaidah Tambahan Mad Far'i
Setelah mengetahui tingkatan-tingkatan Mad Far'i, maka selanjutnya terdapat beberapa hal penting yang sebaiknya diketahui para pembaca al-Quran yang berkaitan dengan tingkatan mad Far'i ini. Hal ini dapat menambah wawasan terkait Mad Far'i.
Untuk membaca ulang terkait tingkatan-tingkatan Mad Far'i, silakan KLIK DI SINI.
Artikel ini menjelaskan kaidah-kaidah atau aturan tambahan terkait Mad Far'i yang bersumber dari kitab Ghayat al-Murid fi Ilm at-Tajwid. Setidaknya ada 6 (enam) aturan tambahan yang disebutkan, di antaranya adalah sebagai berikut:
Kaidah Ke-01
Kaidah pertama berbunyi: Jika ada dua sebab berkumpul dalam satu tempat, yang mana salah satu sebab itu tingkatannya lebih kuat dari yang sebab lainnya, maka bacaan mad itu dihukumi dengan sebab yang terkuat.
Untuk lebih jelasnya, coba perhatikan kata yang diberi latar belakang warna dalam QS Yusuf ayat 16 di bawah ini:
وَجَآءُوٓ أَبَاهُمْ عِشَآءً يَبْكُونَ
Perhatikan huruf hamzah berharakat dhammah di atas. Ia dapat dibaca sebagai Mad Badal karena ia adalah hamzah yang dibaca panjang, tetapi ia juga dapat dibaca sebagai Mad Jaiz Munfashil karena mad bertemu dengan hamzah dalam lain kata.
Manakah yang lebih cocok? Jika mengacu pada kaidah ini, maka hamzah itu dibaca sebagai Mad Jaiz Munfashil karena tingkatannya lebih kuat dari pada Mad Badal. Kasus seperti ini dapat ditemukan beberapa kali dalam al-Quran.
Kaidah Ke-02
Kaidah kedua berbunyi: Jika ada dua atau lebih Mad Muttashil maka semuanya dibaca sama rata, tidak boleh berbeda-beda. Ini berlaku juga untuk Mad Munfashil dan Mad Aridh Lissukun. Perhatikan potongan surah al-Baqarah ayat 4 di bawah ini:
وَٱلَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَآ أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ
Jika diperhatikan maka ada dua mad Munfashil dalam potongan ayat di atas. Jika Mad Munfashil pertama dibaca 4 harakat, maka Mad munfashil kedua juga harus dibaca sama yaitu 4 harakat. Tidak boleh lebih maupun kurang.
Kaidah Ke-03
Kaidah ketiga masih kelanjutan dari sebelumnya dan berfokus pada Mad Muttashil dan Munfashil. Kaidah ini berbunyi: Jika Mad Muttashil bertemu dengan Munfashil maupun sebaliknya, maka panjang Mad kedua harus mengikuti panjang Mad pertama.
Contoh Jika Mad pertama itu berupa Mad Wajib Muttashil dan Mad kedua itu berupa Mad Jaiz Munfashil misalnya QS Al-Baqarah ayat 34 berikut ini
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَٰٓئِكَةِ ٱسْجُدُوا۟ لِءَادَمَ فَسَجَدُوٓا۟ إِلَّآ إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَٱسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ ٱلْكَٰفِرِينَ
Jika diperhatikan ayat di atas maka ditemukan ada tiga mad secara berurutan yaitu mad muttashil, mad munfashil, dan mad munfashil. Jika mad pertama atau Mad Muttashil dibaca 4 harakat, maka dua mad munfashil sisanya harus sama 4 harakat.
Contoh Jika Mad pertama itu berupa Mad Jaiz Munfashil dan Mad kedua itu berupa Mad Wajib Muttashil misalnya potongan QS Al-Baqarah ayat 13 berikut ini
أَلَآ إِنَّهُمْ هُمُ ٱلسُّفَهَآءُ وَلَٰكِن لَّا يَعْلَمُونَ
Jika diperhatikan ayat di atas maka ditemukan ada dua mad secara berurutan yaitu Mad Jaiz Munfashil dan Mad Wajib Muttashil. Jika mad pertama atau mad Jaiz Munfashil dibaca 5 harakat, maka mad selanjutnya mengikuti dengan panjang yang sama.
Kaidah Ke-04
Ini merupakan pembahasan lanjutan dari Mad Muttashil, tepatnya pembahasan terkait posisinya jika berada di akhir bacaan atau waqaf yang biasa disebut dengan Mad Muttashil Aridh Lissukun. Untuk lebih jelasnya Anda bisa merujuk ke sana.
Namun dalam kitab Ghayat al-Murid terdapat beberapa tambahan yang membaginya menjadi 3 berdasarkan harakat hamzahnya antara fathah, dhammah, dan sukun. Meskipun demikian, tidak diuraikan di sini karena khawatir membingungkan pembaca.
Kaidah Ke-05
Kaidah ini berbunyi: Jika Mad Muttashil atau Munfashil bertemu dengan Mad Aridh Lissukun maka cara membacanya terdapat 6 versi. Untuk lebih jelasnya, perhatikan kata yang diberi latar belakang warna pada potongan surah al-Baqarah ayat 5 berikut ini:
وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ
Jika Mad Muttashil dibaca 4 harakat, maka Mad Aridh Lissukun boleh dibaca 2, 4, atau 6 harakat. Begitu pula jika Mad Muttashil dibaca 5 harakat, maka Mad Aridh Lissukun boleh dibaca 2, 4, atau 6 harakat. Dengan kata lain, tidak ada bedanya.
Kaidah Ke-06
Kaidah ini berbunyi: Jika berkumpul antara Mad Aridh Lissukun dan Mad Lin, maka terdapat enam versi cara membaca panjang. Untuk lebih jelasnya, perhatikan kata yang diberi latar belakang warna pada potongan surah al-Baqarah ayat 124 dan 125 berikut ini:
قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِى ٱلظَّٰلِمِينَ - وَإِذْ جَعَلْنَا ٱلْبَيْتَ
Waqaf pertama adalah Mad Aridh Lissukun, sedangkan kedua adalah Mad Lin. Cara membacanya terdapat enam versi dengan uraian berikut ini: jika Mad Aridh Lissukun panjangnya 2 harakat maka mad Lin juga 2 harakat (1 versi).
Jika Mad Aridh Lissukun panjangnya 4 harakat, maka Mad Lin nya boleh dibaca 2 atau 4 harakat (2 versi). Sedangkan jika Mad Aridh Lissukunnya panjangnya 6 harakat, maka Mad Lin nya bisa dibaca 2, 4, atau 6 harakat (3 versi).
Lalu bagaimana jika sebaliknya? Bagaimana jika yang pertama adalah Mad Lin dan yang kedua adalah Mad Aridh Lissukun? Maka cara membacanya juga sama ada 6 versi namun terbalik. Misalnya perhatikan surah al-Baqarah ayat 2 di bawah ini:
ذَٰلِكَ ٱلْكِتَٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ
Jika Mad Lin nya dibaca panjang 2 harakat, maka Mad Aridh Lissukunnya dapat dibaca 2, 4, atau 6 harakat. Jika Mad Lin dibaca 4 harakat, maka Mad Aridh dapat dibaca 4 atau 6 harakat. Jika Mad Lin 6 harakat, maka Mad Aridh nya dibaca 6 harakat juga.
Demikian artikel berjudul "Kaidah-Kaidah Tambahan Mad Far'i". Anda dapat membaca artikel seputar tajwid lainnya dengan cara KLIK DI SINI. Anda juga dapat bertanya atau memberikan saran dengan menuliskannya di komentar. Terima kasih.
